Jurnal Refleksi Dwi Mingguan - Modul Filosofis Ki Hadjar Dewantara

Eksplorasi refleksi guru dengan model 4F, memberikan panduan untuk meningkatkan metode pengajaran secara efektif.

Dalam dunia pendidikan yang dinamis, kemampuan seorang guru untuk merefleksikan praktik pengajarannya merupakan aspek penting yang mendukung pembelajaran dan adaptasi berkelanjutan. Artikel jurnal ini menggali kedalaman refleksi guru menggunakan model 4F—Fakta, Perasaan, Pembelajaran, dan Masa Depan—untuk menceritakan pengalaman dalam Program Guru Pembelajar. Melalui model ini, artikel menyajikan perjalanan reflektif yang tidak hanya memperkaya pemahaman pribadi tetapi juga memberikan insight berharga bagi pendidik lain dalam memperbaiki dan meningkatkan metode pengajaran mereka.

Proses refleksi ini diuraikan dengan cara yang menarik dan menginspirasi, menunjukkan bagaimana evaluasi diri yang sistematis dapat memperdalam pemahaman dan mempromosikan pertumbuhan profesional. Dengan fokus pada kejadian, emosi, pelajaran yang dipetik, dan rencana untuk aplikasi masa depan, artikel ini menjadi lebih dari sekadar narasi pribadi; ia bertransformasi menjadi panduan praktis bagi guru yang ingin mengembangkan praktik pengajaran mereka melalui refleksi yang terstruktur dan berarti.

lokakarya orientasi PGP angkatan 10 ciamis

Facts (Peristiwa)

Pada tanggal 15 Maret 2024, Program Guru Pembelajar (CGP) Angkatan 10 resmi dibuka oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbudristek, Ibu Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, dan Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, serta Tenaga Kependidikan melalui zoom, diikuti oleh peserta CGP Angkatan 10 se-Indonesia. Acara pembukaan resmi ini disusul oleh pembukaan oleh Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Jawa Barat melalui zoom dari pukul 13.00 hingga 16.00. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya komitmen dan ketekunan selama mengikuti pelatihan, mengingatkan kami bahwa sebagai guru terpilih, tidak boleh ada alasan yang menghambat proses pembelajaran kami. Setelah pembukaan, kami diwajibkan untuk mengikuti semua kegiatan dan pelatihan yang disediakan di Learning Management System (LMS).

Minggu yang sama, tepatnya pada tanggal 18 Maret, kami memulai dengan mempelajari Modul 1.1 tentang Mulai Dari Diri dan Eksplorasi, yang dilanjutkan dengan sesi forum diskusi. Kegiatan ini membuka wawasan saya tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan dan pengajaran, memberikan kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pandangan dengan calon guru penggerak lainnya.

Pada tanggal 23 Maret 2024, di SMPN 6 Ciamis, Jawa Barat, kami mengikuti Lokakarya Orientasi tatap muka yang dipandu oleh Ibu Tatin Ernawati sebagai Pengajar Praktik. Pengalaman mengikuti lokakarya ini sangat berharga, memberikan saya kesempatan untuk mendalami pelatihan guru penggerak dan mempersiapkan diri untuk tahapan selanjutnya. Pengajar praktik menyampaikan materi dengan cara yang menyenangkan, memberikan kami motivasi untuk terus belajar dengan penuh sukacita.

Selama dua pekan, dari 15 hingga 30 Maret 2024, saya mendapatkan pengetahuan tambahan dan mengasah kemampuan melalui LMS tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara, dipandu oleh fasilitator Bapak Sawir. Kegiatan ini meliputi pengenalan LMS, partisipasi dalam forum diskusi Modul 1.1 di ruang diskusi virtual, kolaborasi dalam penugasan kelompok, presentasi kelompok, dan kegiatan tatap muka dalam Lokakarya Orientasi. Elaborasi pemahaman Modul 1.1 menjadi salah satu bagian penting dari proses pembelajaran ini.

Melalui serangkaian kegiatan ini, saya mengalami banyak hal positif, termasuk pengayaan wawasan dan kemampuan melalui kegiatan yang telah dirancang dengan baik. Namun, saya juga menghadapi beberapa tantangan, seperti menyesuaikan diri dengan penggunaan LMS dan memenuhi tenggat waktu yang ketat untuk beberapa kegiatan. Saya mengatasi kendala-kendala ini dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, termasuk meminta bantuan dari rekan-rekan dan fasilitator, serta mengatur waktu saya dengan lebih efektif. Pengalaman ini tidak hanya memperkuat kemampuan saya sebagai guru tetapi juga meningkatkan ketahanan saya dalam menghadapi tantangan.

Feelings (Perasaan)

Mengikuti kegiatan Program Guru Pembelajar selama dua minggu ini, saya merasakan campuran emosi yang intens. Awalnya, perasaan bangga dan terhormat mendominasi karena saya terpilih sebagai bagian dari komunitas Calon Guru Penggerak, yang menawarkan kesempatan luar biasa untuk belajar dan berkembang secara profesional serta berkontribusi dalam perubahan pendidikan di Indonesia. Namun, kebanggaan ini segera bercampur dengan keraguan dan ketidakpastian, terutama ketika saya menghadapi tantangan dalam menjuggling komitmen program dengan tanggung jawab sekolah saya. Momen-momen ketika jadwal kegiatan sekolah bertabrakan dengan kegiatan program membuat saya merasa tertekan dan mempertanyakan kemampuan saya untuk mengikuti semua kegiatan dengan baik.

Meskipun demikian, semangat dan optimisme saya tidak pernah padam. Komitmen untuk memanfaatkan setiap peluang yang ditawarkan program ini untuk meningkatkan kemampuan saya sebagai guru penggerak menjadi pendorong yang kuat. Saya bertekad untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan sekolah dan program ini, mencari solusi kreatif untuk setiap kendala yang muncul. Keyakinan saya bahwa dengan ketekunan dan dedikasi, saya dapat mengatasi tantangan ini dan meraih hasil yang memuaskan, menjadi fondasi yang menguatkan saya setiap hari.

Selama dua minggu ini, saya telah memperoleh wawasan yang sangat berharga tentang esensi menjadi seorang pendidik. Saya belajar tentang pentingnya mendidik anak-anak dengan cara yang sesuai dengan kodrat alam dan kebutuhan zaman, sambil tetap memperhatikan nilai-nilai sosio-kultural. Pengajaran tidak hanya tentang menyampaikan ilmu, tetapi juga tentang membimbing dan menginspirasi siswa, sebuah konsep yang saya pelajari melalui diskusi tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Penyelaman dalam materi program ini, terutama melalui platform LMS, menunjukkan kepada saya betapa banyaknya yang masih perlu saya pelajari tentang pendidikan dan pengajaran. Kesadaran ini membawa perasaan rendah hati namun juga semangat untuk terus belajar dan berkembang. Keinginan saya untuk menjadi pemimpin pendidikan yang mampu menginspirasi perubahan positif semakin kuat.

Penerapan konsep dasar Ki Hadjar Dewantara dalam kelas telah memberi saya kegembiraan baru dalam mengajar. Mengarahkan anak-anak yang bermain di kelas dengan cara yang positif dan mendukung, daripada langsung menghukum, adalah pendekatan yang saya mulai terapkan. Ide menggunakan media video ekspresi sebagai alat pembelajaran adalah salah satu inovasi yang saya eksplorasi, dengan harapan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Melihat respons positif dari siswa terhadap pendekatan ini memberikan saya kepuasan dan memotivasi saya untuk terus mencari cara kreatif untuk meningkatkan pengalaman belajar mereka. Pengalaman ini, dengan semua tantangannya, telah mengajarkan saya nilai ketekunan, kreativitas, dan pentingnya memiliki hati yang tulus dalam mendidik.

Findings (Pembelajaran)

Melalui pengalaman intensif ini, saya mendapat pelajaran berharga tentang pentingnya mengintegrasikan pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam praktek pendidikan. Proses ini mengungkapkan kepada saya betapa esensialnya peran seorang pendidik yang tidak hanya berkualitas tetapi juga responsif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi, selaras dengan konteks sosio-kultural. Komitmen saya untuk menjadi seorang guru yang dihormati dan dicintai oleh murid-murid, mendorong pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa, menjadi semakin kuat. Saya bertekad untuk terus belajar, berinovasi, dan memanfaatkan sepenuhnya kemampuan saya yang belum tersentuh, agar dapat menyelenggarakan pembelajaran yang relevan dengan perkembangan zaman.

Dalam perjalanan ini, saya juga menyadari betapa pentingnya pendidikan yang berakar pada kehidupan dan budaya bangsa untuk menjaga semangat kebangsaan. Pendekatan pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yang mengutamakan kodrat alam, kemerdekaan, kemanusiaan, dan kebudayaan, menginspirasi saya untuk merancang pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan siswa untuk kehidupan sosial dan budaya secara luas tetapi juga membentuk karakter dan mental yang sesuai dengan lingkungan mereka.

Lebih jauh lagi, pengalaman ini membuka mata saya terhadap pentingnya mengakui dan memfasilitasi bakat serta potensi unik setiap anak. Pendekatan individual dalam pendidikan, sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, memerlukan asesmen diagnostik awal untuk memahami kebutuhan dan profil setiap siswa, serta memilih metode pembelajaran yang paling sesuai. Saya belajar bahwa sebagai pendidik, saya harus merancang pembelajaran yang tidak hanya tepat dan berfokus pada anak tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai moral yang tinggi, sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup aspek iman, takwa, akhlak mulia, kebinekaan global, gotong royong, kemandirian, berpikir kritis, dan kreativitas.

Refleksi ini tidak hanya memperkaya pengetahuan saya tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara tetapi juga mengajarkan saya tentang diri saya sendiri. Saya menemukan bahwa saya memiliki kapasitas untuk adaptasi dan inovasi yang lebih besar dari yang saya sadari sebelumnya. Menghadapi tantangan dan menemukan solusi kreatif selama proses ini telah meningkatkan keyakinan saya dalam kemampuan saya untuk berkontribusi secara signifikan dalam pendidikan. Proses pembelajaran ini telah memperdalam pemahaman saya bahwa menjadi pendidik adalah tentang terus menerus bergerak, tidak hanya dalam mengajarkan kurikulum tetapi juga dalam menginspirasi dan mempersiapkan siswa untuk masa depan yang mereka hadapi. Ini adalah pelajaran yang akan saya bawa dan terapkan dalam semua aspek pekerjaan saya sebagai pendidik, dengan tujuan menciptakan lingkungan pembelajaran yang memerdekakan dan memfasilitasi setiap siswa untuk mengembangkan potensi mereka sepenuhnya.

Future (Penerapan)

Melalui pengalaman belajar yang berharga dari Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara, saya merasa sangat termotivasi untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pendidikan dan pengajaran saya di masa depan. Pembelajaran ini telah membuka mata saya terhadap pentingnya mengadaptasi dan menerapkan konsep dasar pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dalam praktik pendidikan saya. Dengan ini, saya telah menetapkan beberapa langkah konkret yang akan saya ambil untuk menerapkan perubahan ini dalam pendekatan pengajaran saya.

Pertama, saya berencana untuk merevisi metode dan model pembelajaran yang saya gunakan di kelas, memastikan bahwa siswa diberikan lebih banyak kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan kreativitas mereka sendiri, sambil tetap mempertahankan relevansi dengan materi pelajaran. Hal ini bertujuan untuk merangsang pemikiran kritis dan kreativitas siswa, menjauhkan pembelajaran dari pendekatan tradisional yang kaku.

Kedua, saya akan berusaha untuk mengubah pandangan saya tentang siswa, tidak lagi melihat mereka sebagai lembaran kertas kosong yang perlu diisi, tetapi sebagai individu unik yang telah memiliki pengalaman mereka sendiri. Ini berarti bahwa peran saya sebagai pendidik adalah untuk memperkaya pengalaman belajar mereka, bukan hanya mengisi mereka dengan informasi.

Ketiga, saya bertekad untuk melihat siswa lebih dari sekadar nilai yang mereka peroleh, dengan fokus lebih besar pada proses pembelajaran daripada hasil. Ini mencakup merancang dan melaksanakan asesmen diagnostik awal untuk memahami profil belajar siswa dan menyesuaikan metode pengajaran saya agar sesuai dengan kebutuhan mereka.

Keempat, saya akan mengadakan kesepakatan di awal setiap unit pembelajaran dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih kolaboratif, mandiri, dan menyenangkan. Pendekatan ini diharapkan akan membuat pendidikan lebih berpusat pada siswa, menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri.

Refleksi ini menandai titik penting dalam perjalanan saya sebagai pendidik. Saya menyadari pentingnya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran mereka, menghargai keunikan dan potensi setiap individu, serta mengintegrasikan nilai-nilai etika dan kebudayaan dalam setiap sesi pembelajaran. Dengan menerapkan pemikiran dan konsep Ki Hajar Dewantara, saya berharap dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Langkah-langkah ini, yang saya rencanakan untuk diterapkan, diharapkan akan membantu siswa saya mengembangkan potensi mereka secara maksimal, dalam lingkungan yang mendukung, kolaboratif, dan kreatif.

Posting Komentar
Table of Contents

Memuat…