4 Fitrah Anak yang Harus Orang Tua Pahami

fitrah anak bermain

Ahmadmarogi.com - Setiap anak terlahir fitrah dengan kondisi terbaiknya. Fitrah anak cenderung kepada kebaikan. Sebagaimana hadits Nabi SAW., bahwa setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah.

Apa arti fitrah anak?

Fitrah adalah kondisi asli manusia yang memiliki potensi bawaan saat Ia dilahirkan ke dunia. Fitrah anak adalah benih. Benih yang menjadi bawaan manusia sejak dilahirkan.

Bagaimana menumbuhkan fitrah seorang anak?

Menumbuhkan fitrah anak artinya menumbuhkan benih-benih kebaikan yang dibawa anak saat lahir. Fitrah anak menurut islam yang paling fundamental adalah tauhid (fitrah keimanan).

Orang tuanya yang akan mengenalkan, merawat, dan menjaga benih fitrah keimanan anak tersebut. Mengubah mereka menjadi muslim, majusi, nasrani, atau yahudi. Maka sesungguhnya demikian pula dengan ‘fitrah’ terkait potensi dan perilaku seorang anak.

Fitrah yang terjaga dan terkembangkan dengan baik, akan membuat potensi fitrah anak-anak terlejitkan dengan sempurna.

Sebaliknya, fitrah yang tidak terjaga dengan baik, lama-lama akan terkikis. Jangan kaget jika kita mendapati anak dengan perangai atau kemampuan yang tidak termaksimalkan.

Fitrah potensi dan perilaku seorang anak

fitrah anak bermain

1. Anak adalah makhluk yang sangat senang bermain

Fitrah anak bermain adalah kepastian. Jangan sampai menjauhkan anak dari aktivitas bermain. Apalagi jika kita melarang dengan sekedar untuk menghindari rumah yang berantakan.

Anak menangis karena rebutan mainan, anak terluka karena panjat memanjat, atau anak belepotan karena lumpur bercampur air comberan. 

Menjauhkan anak dari aktivitas ini sama saja dengan menghentikan kreativitas anak secara perlahan. Padahal melalui bermain ini, anak mendapat stimulasi pengembangan otak dan daya kreatifnya.

Menjauhkan anak dari aktivitas bermain sama saja menyuruhnya diam. Diam bisa membuat anak kehilangan kecerdasannya.

Anak pun akan kehilangan kesempatan menguatkan fisiknya. Anak akan kehilangan kesempatan meningkatkan ketrampilannya, termasuk kemampuan motorik anak.

Ibu Profesional adalah ibu yang selalu bisa bermain dengan anak. Serta menunjukkan kegembiraan tatkala membersamai anaknya.

Bahkan seorang Ibu pun harus hobi bermain. Aktivitas bermain bersama anak bisa dijadikan sarana untuk mengajarkan sesuatu kepada anak.

Contoh sederhana, ketika suatu sore anak menghambur-hamburkan mainannya. Ibu profesional tidak akan memarahi anaknya.

Ibu profesional akan dengan gembira mendatangi anak. Duduk dekat anak dan ikut menghamburkan mainan anak. Ibu profesional gembar bermain.

Anak akan heran dan bertanya kepada ibunda, “Kok ibu ikut memberantakan mainan ini?”

Maka, jawablah dengan tulus dan penuh kegembiraan. “Ternyata enak ya melempar-lempar mainan seperti ini?”

Kemudian katakan kepada anak, “Anak-anakku… sekarang mari kita menjadi pasukan Semut! Kakak menjadi pimpinan pasukan ya!

Kita punya satu misi penting. Misi itu adalah mengumpulkan remah-remah mainan ini untuk menjadi santapan Raja Semut malam nanti. Semua siap?”

Asyik bukan?

Stop Melarang anak bermain. Nikmati kebahagiaan bermain bersama anak. Masukkan nilai kebaikan kepada anak

2. Rentang konsentrasi anak adalah 1 menit x usianya

Katakan usia anak kita 5 tahun. Rentang konsentrasi wajar untuknya adalah 1 menit x 5 tahun = 5 menit.

Maka ketika kita menemukan anak tidak bisa konsentrasi lebih dari waktu tersebut, jangan khawatir apalagi marah-marah pada anak.

Memang selama itulah rentang konsentrasinya. Lalu jika ingin menambah rentang waktunya bagaimana? Latihlah anak perlahan.

Misalnya kita punya waktu bermain bersama anak selama 30 menit. Maka supaya anak tidak lelah, bosan, dan kehilangan konsentrasinya, upayakan 5 menit sekali kita tepuk tangan bersama.

Gerak bersama atau hal lain sebagai ice breaking. Nanti akan semakin terlatih. Rentang konsentrasi anak akan bertambah secara perlahan. Isi dengan kegiatan menyenangkan, dan anak akan lebih mudah konsentrasi.

3. Anak adalah makhluk pembelajar

Intuisi belajar anak sejak lahir sangatlah tinggi. Keingintahuan anak atas sesuatu yang baru sangat luar biasa besarnya.

Jika kemudian kita mendapati anak tidak suka belajar dan tidak suka bertanya, maka pasti ada kekeliruan dari kita sebagai orang tua dalam mendidiknya.

Orang tua yang profesional adalah mereka yang mampu membuat anak suka belajar. Bukan sekedar bisa belajar.

Orang tua yang profesional adalah ibu dan bapak yang mampu membuat anak menguasai berbagai ilmu dengan perasaan gembira.

Orang tua profesional adalah ibu dan bapak yang handal menjadi fasilitator anaknya untuk menyukai hal yang baru, yang pada awalnya anak tidak mengetahuinya.

Bagaimana caranya?

Singkatnya, jangan menghentikan pertanyaan anak. Jika anak bertanya, jangan pernah memarahinya. Lalu merasa terganggu dengannya.

Fasilitasi keingintahuan anak dengan jawaban-jawaban terbaik dan fokus perhatian yang besar pada anak. Selalu memancing keingintahuan anak melalui pemberian banyak pertanyaan kepada anak atas sesuatu yang baru.

Dengan demikian, anak akan terbiasa penasaran tatkala menyaksikan sesuatu yang baru. Anak akan terbiasa ingin menggali perihal yang belum diketahuinya. Yuk, peliharalah fitrah pembelajar ini.

4. 80% otak anak berkembang pada usia 0 – 8 tahun. Sedangkan masa emas anak ada pada usia 0 – 3 tahun.

Anak adalah emas ketika berada di usia dini. Berikan prioritas terbaik dalam waktu anda untuk bersama anak-anak.

Berikan fokus dan perhatian terbaik untuk kebutuhan anak. Berikan hati terbaik anda untuk mereka. Jika di masa ini, kita berhasil mendidik dengan baik, maka rasakanlah kemudahan dan keajaiban pendidikan itu pada usia selanjutnya.

Sekian artikel yang bisa dibagikan tentang fitrah anak yang harus orang tua ketahui. Dimana seorang anak terlahir dalam kondisi seperti kertas putih. Pendidikan dari orang tualah yang mewarnainya.

Semoga bermanfaat dan terima kasih atas kunjungannya ke ahmadmarogi.com, jika ada pertanyaan silahkan hubungi admin di halaman kontak. Sampai jumpa lagi di artikel-artikel selanjutnya.

Posting Komentar
Table of Contents

Memuat…